Keutamaan Sabar!
وعن
أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان وسبحان الله والحمد
لله تملآن أو تملأ ما بين السموات والأرض والصلاة نور والصدقة برهان
والصبر ضياء والقرآن حجة لك أو عليك كل الناس يغدو فبائع نفسه فمعتقها أو
موبقها رواه مسلم
Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim
Al-Asy’ari RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kesucian itu sebagian
dari iman, dan kalimat alhamdulillah memenuhi timbangan.
Kalimat subhanallah dan alhamdulillah memenuhi ruang yang
ada di antara langit dan bumi. Shalat itu cahaya, sedekah itu bukti, sabar itu
cerminan, Al-Qur’an itu hujjah yang akan membela atau menuntutmu. Setiap
manusia bekerja. Ada yang menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya, dan
ada pula yang menghancurkan dirinya.” (HR. Muslim)
Pelajaran
dari Hadits:
- Wudhu memiliki kedudukan yang utama dalam Islam. Ia menjadi syarat sahnya shalat.
- Dzikir adalah amal ibadah yang utama.
- Hadits di atas mengandung anjuran untuk memperbanyak shalat, karena shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang muslim. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, juga akan membimbing orang yang mendirikannya untuk mengikuti kebenaran dan mencegah kerusakan.
- Sabar adalah sifat yang utama.
- Al-Qur’an adalah sumber hukum yang pertama dan utama, tempat kembali saat terjadi pertikaian, dan undang-undang bagi umat Islam.
- Melalui sabdanya, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak sedekah, karena sedekah adalah bukti kejujuran dan keikhlasan seorang muslim.
- Setiap manusia harus bekerja dan mencari rezeki agar tidak tergantung atau meminta-minta pada orang lain.
- Setiap muslim harus mengisi usianya dengan berbagai aktivitas ibadah kepada Allah SWT
وعن
أبي سعيد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنهما أن ناسا من الأنصار سألوا
رسول الله صلى الله عليه وسلم فأعطاهم ثم سألوه فأعطاهم حتى نفد ما عنده
فقال لهم حين أنفق كل شيء بيده ما يكن من خير فلن أدخره عنكم ومن يستعفف
يعفه الله ومن يستغن يغنه الله ومن يتصبر يصبره الله وما أعطى أحد عطاء
خيرا وأوسع من الصبر متفق عليه
Abu
Sa’id, Sa’d bin Sinan Al-Khudri RA berkata bahwa beberapa orang Anshar
meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW. Rasulullah memberinya, hingga apa
yang ada padanya habis. Lalu, beliau bersabda kepada mereka ketika
beliau menginfakkan semua yang ada di tangannya. “Aku tidak akan
menyimpan harta yang ada padaku. Barangsiapa yang menjaga dirinya dengan
tidak meminta-minta, maka Allah akan menjaganya. Siapa pun dari kalian
yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Barangsiapa yang
berlatih untuk bersabar, niscaya Allah memberikan kesabaran kepadanya.
Dan, tidak ada nikmat yang lebih baik dan lebih luas, yang diberikan
kepada seseorang, selain kesabaran.” (Muttafaq ‘alaih).
Keutamaan Pertama: Surat Al Ikhlas
Setara dengan Tsulutsul Qur’an/Sepertiga Al Qur’an
Dari Abu Sa’id (Al Khudri) bahwa seorang laki-laki mendengar seseorang membaca dengan berulang-ulang ’Qul huwallahu ahad’. Tatkala pagi hari, orang yang mendengar tadi mendatangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut dengan nada seakan-akan merendahkan surat al Ikhlas. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini sebanding dengan sepertiga Al Qur’an”.[HR. Bukhari]
Itulah surat Al Ikhlas. Surat ini
sama dengan sepertiga Al Qur’an, namun tidak bisa menggantikan Al-Qur’an. Salah
satu buktinya adalah apabila seseorang mengulangi surat ini sebanyak tiga kali
dalam shalat, tidak mungkin bisa menggantikan surat Al Fatihah (karena membaca
surat Al Fatihah adalah rukun shalat). Surat Al Ikhlas tidak mencukupi atau
tidak bisa menggantikan sepertiga Al Qur’an, namun dia hanya bernilai sama
dengan sepertiganya.
Logikanya adalah seperti hadits :
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ
مِرَارٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ
إِسْمَاعِيلَ
”Barangsiapa mengucapkan (لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ)
sebanyak sepuluh kali, maka dia seperti memerdekakan empat budak keturunan
Isma’il.” (HR. Bukhari 5925)
Pertanyaannya : Apakah jika
seseorang memiliki kewajiban kafaroh, dia cukup membaca dzikir ini?
Jawabannya : Tidak cukup dia membaca
dzikir ini. Karena sesuatu yang bernilai sama belum tentu bisa menggantikan.
(Diringkas dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah 97-98, Tafsir Juz ‘Amma 293)
Mudah-mudahan kita memahami hal ini.
Keutamaan Kedua : Membaca Al-Ikhlas
10x menyebabkan Allah membangunkan rumah di surga
“Barang siapa membaca surah al
Ikhlash hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di
surga.” [HR. Ahmad]
Keutamaan Ketiga: Membaca surat Al
Ikhlash sebab mendapatkan kecintaan Allah
Telah menceritakan kepada kami Ahmad
bin Abdurrahman bin Wahb telah menceritakan kepada kami pamanku yaitu Abdullah
bin Wahb, telah menceritakan kepada kami Amru bin Harits dari Sa'id bin Abu
Hilal bahwa Abu Rijal Muhammad bin Abdurrahman, telah menceritakan kepadanya
dari ibunya Amrah binti Abdurrahman, saat itu ia berada di rumah Aisyah, isteri
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengutus seorang lelaki dalam suatu sariyyah (pasukan khusus
yang ditugaskan untuk operasi tertentu). Laki-laki tersebut ketika menjadi imam
shalat bagi para sahabatnya selalu mengakhiri bacaan suratnya dengan "QUL
HUWALLAHU AHAD." Ketika mereka pulang, disampaikan berita tersebut kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau bersabda:
"Tanyakanlah kepadanya kenapa
ia melakukan hal itu?" Lalu mereka pun menanyakan kepadanya. Ia menjawab,
"Karena didalamnya terdapat
sifat Ar Rahman, dan aku senang untuk selalu membacanya." Mendengar itu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Beritahukanlah kepadanya bahwa
Allah Ta'ala juga mencintainya." (HR. Bukhari)
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan
perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ”Kabarkan padanya bahwa Allah
mencintainya”. Beliau mengatakan, ”Maksudnya adalah bahwa sebab kecintaan Allah
pada orang tersebut adalah karena kecintaan orang tadi pada surat Al Ikhlash
ini. Boleh jadi dapat kitakan dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai
sifat Rabbnya, ini menunjukkan benarnya i’tiqodnya (keyakinannya terhadap
Rabbnya).” (Fathul Bari)
Faedah dari hadits di atas:
Ibnu Daqiq Al ’Ied menjelaskan,
”Orang tadi biasa membaca surat selain Al Ikhlash lalu setelah itu dia
menutupnya dengan membaca surat Al Ikhlash (maksudnya: setelah baca Al Fatihah,
dia membaca dua surat, surat yang terakhir adalah Al Ikhlash, pen). Inilah yang
dia lakukan di setiap raka’at. Kemungkinan pertama inilah yang nampak (makna
zhohir) dari hadits di atas. Kemungkinan kedua, boleh jadi orang tadi menutup
akhir bacaannya dengan surat Al Ikhlash, maksudnya adalah surat Al Ikhlas
khusus dibaca di raka’at terakhir. Kalau kita melihat dari kemungkinan pertama
tadi, ini menunjukkan bolehnya membaca dua surat (setelah membaca Al Fatihah)
dalam satu raka’at.” Demikian perkataan Ibnu Daqiq. (Fathul Bari)
Lantas apakah perbuatan orang
tersebut perlu dicontoh? Jawabannya, para ulama (semacam Syaikh Muhammad bin
Sholih Al Utsaimin) memberi penjelasan bahwa perbuatan semacam ini tidak perlu
dicontoh karena beliau hanya menyetujuinya saja, namun bukan bermaksud orang lain
untuk mengikutinya dengan membaca Al Ikhlas di akhir bacaan.
Inilah di antara fadhilah (keutamaan
surat Al Ikhlash). Semoga bermanfaat. Ya Allah, berikanlah kami ilmu yang
bermanfaat. amien...